A.Pendahuluan
Al-Quran biasa didefinisikan sebagai firman Allah yang disampaikan oleh malaikat jibril sesuai dengan redaksi-Nya, kepada Nabi Muhammad saw. dan diterima oleh ummat Islam secara tawatur dan al-Qur’an merupakan kitab stilistika Arab yang sakral , dibuat sebagai pedoman dan tuntunan bagi ummat manusia dalam menata kehidupannya, agar mereka memperoleh kebahagiaan didunia dan akhirat.
Pemahaman terhadap ayat-ayat al-Qur’an, khususnya pada saat ia diturunkan tidaklah begitu banyak mengalami kesulitan, karena Rasululah saw. yang berfungsi sebagai mubayyin, menjelaskan kepada para sahabatnya dengan arti dan kandungan al-Qur’an, khususnya ayat-ayat yang tidak dipahami atau samar artinya. Keadaan ini berlangsung sampai wafatnya Rasulullah saw. Walaupun harus diakui bahwa penjelasan tersebut tidak semua diketahui akibat tidak sampainya riwayat-riwayat tentangnya atau karena Rasul sendiri tidak menjelaskan semua kandungan al-Qur’an .
Melihat penomena yang terjadi pada zaman Rasulullah, maka tidak menutup kemungkinan pada zaman sekarang ini khususnya di Indonensia yang notabennya ummat Islam terbesar di dunia banyak yang tidak bisa membaca al-Qur’an apalagi memahami sekaligus mengaktualisasikan isi dari pada al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari seiring dengan banyaknya pengaruh-pengaruh baik internal maupun eksternal.
Disamping itu pula kondisi sosiologis masyarakat kota jayapura yang plural dari berbagai etnisitas dan agama menjadi kendala untuk menerapkan ajaran agama sekaligus menginternalisasikan ataupun menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dalam konteks pembelajaran al-Qur’an tidak sedikit dijumpai siswa yang tidak bisa membaca, menulis apalagi memahami isi kandungannya bahkan lebih jauh daripada itu tidak peduli lagi terhadap pelajaran agama disebabkan karena mereka takut terhadap pelajaran membaca al-Qur’an.
Permasalahan lain yang sangat urgen dari dulu hingga sekarang adalah sangat minimya guru agama khususnya guru agama Islam yang menjadi relawan untuk mengabdikan dirinya sebagai tenaga pengajar dalam membentuk kepribadian ummat Islam sehingga banyak di antara sekolah di Papua umumnya tidak memiliki guru agama terlebih di Kota jayapura khususnya, oleh sebab itu tidak mengeherankan kalau sering kita jumpai di sekolah banyak guru yang bukan bidangnya mengajar agama dan mungkin ini lebih baik daripada siswa mengikuti pelajaran agama lain demi untuk mendapatkan nilai agama dan inilah kondisi ril yang terjadi di Papua dan akankah permasalahan tersebut terus menerus terjadi dan bagaimanakah nasip kehidupan ummat Islam di Papua ?.
Melihat kenyataan seperti tersebut diatas maka berbagai langkah-langkah yang di lakukan oleh guru agama Islam yang ada sekarang ini khususnya dalam mengatasi permasalahan ini dengan menambah jumlah jam pelajaran di luar jam pelajaran agama di kenal dengan kegiatan kokurikuler. Dengan penerapan model pembelajaran al-Qur’an seperti ini di maksudkan minimal bisa membantu siswa agar mereka bisa membaca sekaligus menerapkannya dalam perkatik ibadah dalam kehidupan sehari-hari.
Sabtu, 23 Januari 2010
MODEL PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI SMK
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar